Secara morfologi, mangga kasturi termasuk pohon berukuran sedang dengan tinggi dapat mencapai 15–20 meter. Daunnya hijau tua mengilap, memanjang dengan tepian yang rapi, sedangkan bunganya berwarna kekuningan dan muncul berkelompok. Yang membuatnya istimewa adalah buahnya yang kecil, berwarna ungu gelap hingga kehitaman ketika matang penuh. Aromanya kuat dan khas, lebih harum dibandingkan mangga pada umumnya. Sehingga banyak orang menilainya sebagai salah satu mangga terenak dari Nusantara.
Daging buah mangga kasturi lembut, manis, dan sedikit berserat halus. Warna jingga-oranyenya menarik, dengan rasa yang cenderung lebih kaya dan kompleks dibanding mangga gadung atau arumanis. Karena kualitas buahnya yang unggul, masyarakat Banjar telah lama menjadikannya bagian dari budaya kuliner setempat, mulai dari dikonsumsi langsung hingga diolah menjadi jus, selai, atau campuran kue tradisional.
Dari sisi budidaya, mangga kasturi tergolong tanaman yang tidak terlalu sulit dipelihara. Ia cocok tumbuh di daerah tropis dengan curah hujan sedang hingga tinggi. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh, tanah gembur, dan drainase yang baik. Saat sudah beradaptasi, pohon kasturi cukup tahan terhadap penyakit dan dapat berbuah pada usia 5–7 tahun tergantung metode perbanyakan. Saat ini, pembudidayaan kasturi banyak dilakukan melalui persemaian dan kebun koleksi untuk tujuan konservasi ex-situ, karena keberadaannya masuk dalam kategori pohon yang punah di alam (Extinct in the Wild – IUCN).
Keunikan dan langkanya mangga kasturi menjadikannya bukan sekadar tanaman buah biasa, tetapi juga simbol pentingnya menjaga keanekaragaman hayati Indonesia. Upaya pelestarian melalui penanaman di pekarangan, kebun botani, dan kebun plasma nutfah menjadi langkah penting agar generasi mendatang tetap dapat mengenal dan menikmati buah eksotis khas Kalimantan ini.
.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar