Gayam, atau Inocarpus fagifer, adalah pohon lokal yang sejak lama dikenal masyarakat Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, sebagai tanaman yang bermanfaat sekaligus kaya nilai budaya. Tanaman ini tumbuh alami di kawasan tropis Asia Pasifik, dan kerap dijumpai di pekarangan rumah, tepi desa, atau area persawahan. Meski tidak sepopuler tanaman buah lain, gayam memiliki sejarah panjang sebagai sumber pangan, peneduh, serta tanaman pelindung lingkungan.
Secara morfologi, gayam merupakan pohon besar yang dapat mencapai tinggi 15–20 meter, dengan batang kokoh dan tajuk yang rimbun. Daunnya lebar, tebal, berwarna hijau tua dengan permukaan mengilap—menjadikannya salah satu tanaman peneduh favorit karena mampu memberikan bayangan luas. Bunganya kecil berwarna krem kekuningan, beraroma ringan, dan muncul dalam kelompok. Buah gayam berbentuk pipih dan keras, berwarna cokelat keemasan saat matang, dengan biji besar yang menjadi bagian paling bernilai dari tanaman ini.
Biji gayam memiliki tekstur lembut setelah diolah dan memiliki rasa gurih, mirip kacang-kacangan. Secara tradisional, biji gayam diolah dengan cara direbus atau digoreng setelah direndam untuk menghilangkan senyawa alami yang dapat menimbulkan rasa pahit. Di beberapa daerah, biji gayam juga diolah menjadi tepung sebagai bahan pangan alternatif. Secara nutrisi, gayam mengandung karbohidrat, protein nabati, serta serat makanan, sehingga dianggap sebagai sumber pangan yang cukup kaya manfaat.
Selain sebagai bahan makanan, tanaman gayam memiliki banyak nilai ekologis. Akarnya kuat dan dalam sehingga efektif mencegah erosi, terutama di daerah dekat sungai atau sawah. Daunnya yang lebat berperan dalam memperbaiki kualitas udara dan memberikan habitat bagi burung serta serangga. Di beberapa desa, pohon gayam bahkan dijadikan penanda batas wilayah atau titik orientasi tradisional.
Dari sisi konservasi, Inocarpus fagifer belum termasuk dalam kategori spesies terancam menurut IUCN, tetapi keberadaannya di beberapa wilayah mulai berkurang akibat perubahan penggunaan lahan dan menurunnya minat masyarakat menanam pohon gayam. Meski begitu, pohon ini cukup mudah dibudidayakan, tahan terhadap kekeringan, dan mampu tumbuh di berbagai jenis tanah, sehingga sangat layak dijadikan tanaman pelindung atau peneduh di area permukiman.
Gayam merupakan simbol kearifan lokal—sebuah tanaman yang menyediakan pangan, perlindungan, dan manfaat ekologis secara sekaligus. Menanam gayam bukan hanya menjaga keberadaan pohon lokal yang penuh potensi, tetapi juga memperkaya keragaman hayati lingkungan sekitar.

Bagaimana cara memilih biji gayam yang sdh siap dipakai bibit?
BalasHapus